Summary:
PIKIRAN RAKYAT - Belum semua sekolah menerapkan pendidikan dan pengelolaan sisa pangan yang efektif serta efisien. Banyak siswa menyisakan sisa-sisa makanan yang kemudian menjadi sampah di sekolah. Hal tersebut terungkap dalam survei yang dilakukan the Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (Seameo Biotrop) yang melibatkan 131 sekolah di 11 provinsi. Periode survei berlangsung pada Juli-Agustus 2025. Survei tersebut mengungkapkan bahwa sisa pangan di sekolah berasal dari dalam dan luar lingkungan sekolah. Sebanyak 75,6% responden mengidentifikasi sisa makanan dan kemasan makanan sebagai sumber utama sisa pangan di kantin.
Sementara 48,1% melaporkan bahwa sampah berasal dari para siswa yang membawa makan siang dari rumah.
Deputi Direktur Seameo Biotrop, Doni Yusri, mengatakan, temuan tersebut mengungkapkan adanya isu kritis, yakni rendahnya kesadaran akan sisa pangan, kurangnya pemilahan sampah dan tindakan pencegahan, serta tidak adanya fasilitas memadai untuk pengelolaan sisa pangan yang tepat. “Sangatlah penting untuk mengatasi kesenjangan tersebut agar jumlah sisa pangan dapat berkurang secara signifikan dan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih berkelanjutan,” katanya dalam diseminasi kajian Seameo Biotrop di Kemendikdasmen, Rabu 10 Desember 2025.
Ia menambahkan, survei itu juga mengindikasikan bahwa sisa pangan sering dibuang bersama dengan sampah umum lainnya, tanpa pengelolaan yang spesifik.
Meski beberapa sekolah dikatakannya ada yang telah mengambil insiatif sederhana untuk memperbaiki penanganan sisa pangan, seperti membuat kompos dan memproduksi pupuk cair. Lalu, memberikan sisa pangan untuk pakan ternak. Ada juga sekolah yang mendonasikan kelebihan pangan yang masih dapat dimakan. Doni mengatakan, data dari World Wildlife Fund (WWF) menyatakan bahwa pengelolaan sisa pangan secara efektif dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara global dari sistem pangan sebesar 11%.
Sementara studi dari Economist Intelligence Unit pada tahun 2017 mengungkapkan bahwa Indonesia menghasilkan hampir 300 kilogram sisa pangan per orang per tahun. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan bahwa pada tahun 2018, sisa pangan menyumbang 41,05% dari total sampah Indonesia. Kemudian Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa 8,49% dari populasi menghadapi kerawanan pangan pada tahun 2021, yang berarti peningkatan sebesar 8,34% dari tahun sebelumnya.
MBG rentan sisakan makanan Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menyoroti Makan Bergizi Gratis yang rentan menyisakan sisa pangan. "Saya sudah berkunjung ke beberapa sekolah dengan program MPG, itu mayoritas sayurannya tidak dimakan sama siswa. Saya tanya kenapa? Tidak enak jawabnya. Ini satu tantangan,” katanya. Ia mengatakan, Kemendikdasmen berupaya memberikan penguatan untuk pendidikan karakter di dalam MBG.
“Jadi kami melakukan etika makan yang baik, termasuk di dalamnya soal menghindari, tidak boleh adanya sisa pangan. Jadi dari mulai penyiapannya, kemudian cara makannya, kebersihan dan lain sebagainya. Untuk menghindari problem sisa pangan itu,” tuturnya.
Catatan untuk kajian Atip juga memberikan beberapa catatan terhadap kajian Seameo Biotrop. Pertama, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota perlu memperkuat integrasi program Seameo Biotrop dalam perencanaan pendidikan daerah, khususnya pada program sekolah sehat dan penguatan literasi sains. Kedua, mendorong setiap kepala sekolah untuk menjadikan lingkungan sekolah sebagai ruang eksperimen belajar, baik melalui kebun sekolah, konservasi biodiversitas, pengelolaan sampah, maupun kegiatan berbasis proyek lainnya. Ketiga, meminta guru-guru di sekolah untuk memanfaatkan AEET (Agro, Eco, Edu, Tourism) yang dikembangkan Seameo Biotrop, yakni konsep wisata pendidikan terpadu yang menghubungkan pertanian berkelanjutan, ekologi tropis, serta pembelajaran berbasis pendalaman langsung.
Kelima, menggunakan program Biotrop untuk memperkuat implementasi pendidikan pada tahun 2026. Keenam, mendorong kemitraan tiga arah antara sekolah, pemerintah daerah, dan Seameo Biotrop. “Ketujuh, saya meminta agar evolusi program dilakukan serta berkala untuk memastikan bahwa seluruh inisiatif Seameo Biotrop benar-benar meningkatkan kualitas pembelajaran,” katanya. (*)
Sumber Artikel berjudul " Pengelolaan Sampah Pangan di Sekolah Belum Efektif dan Efisien, Seameo Biotrop Ungkap Kendalanya ", selengkapnya dengan link: https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/pr-019854008/pengelolaan-sampah-pangan-di-sekolah-belum-efektif-dan-efisien-seameo-biotrop-ungkap-kendalanya?page=3
Download article