Summary:
KORAN - PIKIRAN RAKYAT - Belum semua sekolah menerapkan pendidikan dan pengelolaan sisa pangan yang efektif serta efisien. Banyak siswa menyisakan sisa-sisa makanan yang kemudian menjadi sampah di sekolah. Hal tersebut terungkap dalam survei yang dilakukan the Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (Seameo Biotrop) yang melibatkan 131 sekolah di 11 provinsi. Survei tersebut mengungkapkan bahwa sisa pangan di sekolah berasal dari dalam dan luar lingkungan sekolah. Sebanyak 75,6% responden mengidentifikasi sisa makanan dan kemasan makanan sebagai sumber utama sisa pangan di kantin. Sementara 48,1% melaporkan bahwa sampah berasal dari para siswa yang membawa makan siang dari rumah. Deputi Direktur Seameo Biotrop, Doni Yusri, mengatakan, temuan tersebut mengungkapkan adanya isu kritis, yakni rendahnya kesadaran akan sisa pangan, kurangnya pemilahan sampah dan tindakan pencegahan, serta tidak adanya fasilitas memadai untuk pengelolaan sisa pangan yang tepat. “Sangatlah penting untuk mengatasi kesenjangan tersebut agar jumlah sisa pangan dapat berkurang secara signifikan dan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih berkelanjutan,” katanya dalam diseminasi kajian Seameo Biotrop di Kemendikdasmen, Rabu 10 Desember 2025. Ia menambahkan, survei itu juga mengindikasikan bahwa sisa pangan sering dibuang bersama dengan sampah umum lainnya, tanpa pengelolaan yang spesifik. Meski beberapa sekolah ada yang telah mengambil insiatif sederhana untuk memperbaiki penanganan sisa pangan, seperti membuat kompos dan memproduksi pupuk cair. Lalu, memberikan sisa pangan untuk pakan ternak. Ada juga sekolah yang mendonasikan kelebihan pangan yang masih dapat dimakan.
Download article