Summary:
KBRN, Mataram: SEAMEO BIOTROP (The Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology) menggelar Pelatihan Pertanian Perkotaan untuk mendukung kemandirian pangan komunitas pendidikan di Indonesia. Kegiatan berlangsung selama empat hari, 22–25 Juli 2025, di SMKPP Negeri Mataram, Nusa Tenggara Barat, diikuti oleh 30 guru dari berbagai jenjang pendidikan di Pulau Lombok.
Para peserta berasal dari Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur. Mereka merupakan perwakilan dari jenjang SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB yang berkomitmen mengembangkan praktik pertanian urban di lingkungan sekolah masing-masing.
Pelatihan ini merupakan bagian dari inisiatif SEAMEO BIOTROP dalam mendorong pemanfaatan lahan sempit dan sumber daya lokal untuk ketahanan pangan di wilayah urban, khususnya kawasan pendidikan. Kota Mataram dipilih karena posisinya sebagai pusat pendidikan dan pemerintahan di Pulau Lombok, serta potensinya untuk menjadi model urban farming di Indonesia Timur.
Dalam sambutannya, Pelaksana Tugas Direktur SEAMEO BIOTROP, Dr. Elis Rosdiawati, menegaskan pentingnya peran komunitas pendidikan dalam membangun solusi inovatif dan berkelanjutan.
“Kolaborasi lintas sektor di sekolah menjadi kunci untuk menjawab tantangan keterbatasan lahan dan perubahan iklim,” ujarnya, Selasa (22/7/2025).
Selama pelatihan, peserta mendapat materi teori dan praktik dari narasumber ahli dari SEAMEO BIOTROP dan IPB University. Lima topik utama yang dibahas meliputi budidaya hidroponik, akuaponik, jamur konsumsi, tabulampot (tanaman buah dalam pot), serta budidaya ikan konsumsi. Para guru juga menyusun action plan untuk implementasi kegiatan di sekolah masing-masing.
Dr. Doni Yusri, S.P., M.M., Deputi Direktur Bidang Program SEAMEO BIOTROP, menekankan bahwa pertanian perkotaan bukan hanya soal produksi pangan, melainkan juga pendidikan karakter, kewirausahaan, dan ketahanan lingkungan.
“Sekolah adalah tempat paling strategis untuk menanamkan nilai-nilai ini sejak dini,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Dewi Suryani, S.P., M.M., Koordinator Pelatihan Urban Farming Nasional SEAMEO BIOTROP. Ia menekankan bahwa penguatan kapasitas pendidik menjadi fondasi utama keberhasilan program. “Kami berharap ilmu yang diperoleh para guru akan diteruskan kepada siswa dan masyarakat sekolah,” jelasnya.
Sebagai bentuk dukungan nyata, SEAMEO BIOTROP memberikan instalasi hidroponik portable kepada setiap sekolah peserta sebagai media praktik sekaligus motor awal kegiatan urban farming.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTB, H. Abdul Aziz, S.H., M.H., saat membuka pelatihan menjelaskan bahwa pemanfaatan lahan pekarangan sekolah untuk penanaman tanaman pangan seperti cabai, sayur, dan tanaman produktif lainnya, bisa menjadi langkah nyata dalam menghadapi tantangan krisis pangan.
Ia menilai, program pertanian masuk sekolah sebetulnya bukan hal baru. Program ini pernah berjalan dalam bentuk Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) atau P2L (Pekarangan Pangan Lestari), namun kini mulai redup.
“Kalau ini bisa dikembangkan kembali oleh Kementerian Pangan melalui dunia pendidikan, KRPL itu bisa dimulai lagi di sekolah atau di pesantren,” ucapnya.
Sementara itu Kepala SMKPP Negeri Mataram, Sugiarta, S.Pi., M.Pd., M.Si. menjelaskan bahwa kemitraan ini sangat strategis untuk mendukung transformasi teknologi pertanian di lingkungan sekolah.
"Biotrop ini merupakan lembaga penelitian, pelatihan, dan diseminasi. Harapan kami, berbagai inovasi teknologi pertanian, terutama hasil riset terbaru, bisa sampai ke sekolah kami dan diterapkan dalam proses pembelajaran," jelasnya.
Pelatihan urban farming ini terdiri dari lima paket teknologi, yaitu: Budidaya tanaman buah dan sayur dalam pot/polybag, Budidaya jamur, Teknik pertanian aeroponik, Teknik pertanian hidroponik, Budidaya ikan air tawar dan lele.
“Kegiatan ini bertujuan menjadikan pertanian sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah. Diharapkan guru-guru yang dilatih dapat menularkan ilmunya ke siswa dan menciptakan teaching factory yang mengintegrasikan praktik langsung,” lanjut Sugiarta.
Selain pelatihan, Biotrop juga akan memberikan dukungan berupa bahan ajar dan fasilitas bagi sekolah. SMKPP bahkan membuka peluang magang bagi siswa dan guru ke Biotrop Bogor, sebagai bentuk penguatan kompetensi di bidang bioteknologi tropis.
Para peserta berasal dari Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur. Mereka merupakan perwakilan dari jenjang SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB yang berkomitmen mengembangkan praktik pertanian urban di lingkungan sekolah masing-masing.
Pelatihan ini merupakan bagian dari inisiatif SEAMEO BIOTROP dalam mendorong pemanfaatan lahan sempit dan sumber daya lokal untuk ketahanan pangan di wilayah urban, khususnya kawasan pendidikan. Kota Mataram dipilih karena posisinya sebagai pusat pendidikan dan pemerintahan di Pulau Lombok, serta potensinya untuk menjadi model urban farming di Indonesia Timur.
Dalam sambutannya, Pelaksana Tugas Direktur SEAMEO BIOTROP, Dr. Elis Rosdiawati, menegaskan pentingnya peran komunitas pendidikan dalam membangun solusi inovatif dan berkelanjutan.
“Kolaborasi lintas sektor di sekolah menjadi kunci untuk menjawab tantangan keterbatasan lahan dan perubahan iklim,” ujarnya, Selasa (22/7/2025).
Selama pelatihan, peserta mendapat materi teori dan praktik dari narasumber ahli dari SEAMEO BIOTROP dan IPB University. Lima topik utama yang dibahas meliputi budidaya hidroponik, akuaponik, jamur konsumsi, tabulampot (tanaman buah dalam pot), serta budidaya ikan konsumsi. Para guru juga menyusun action plan untuk implementasi kegiatan di sekolah masing-masing.
Dr. Doni Yusri, S.P., M.M., Deputi Direktur Bidang Program SEAMEO BIOTROP, menekankan bahwa pertanian perkotaan bukan hanya soal produksi pangan, melainkan juga pendidikan karakter, kewirausahaan, dan ketahanan lingkungan.
“Sekolah adalah tempat paling strategis untuk menanamkan nilai-nilai ini sejak dini,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Dewi Suryani, S.P., M.M., Koordinator Pelatihan Urban Farming Nasional SEAMEO BIOTROP. Ia menekankan bahwa penguatan kapasitas pendidik menjadi fondasi utama keberhasilan program. “Kami berharap ilmu yang diperoleh para guru akan diteruskan kepada siswa dan masyarakat sekolah,” jelasnya.
Sebagai bentuk dukungan nyata, SEAMEO BIOTROP memberikan instalasi hidroponik portable kepada setiap sekolah peserta sebagai media praktik sekaligus motor awal kegiatan urban farming.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi NTB, H. Abdul Aziz, S.H., M.H., saat membuka pelatihan menjelaskan bahwa pemanfaatan lahan pekarangan sekolah untuk penanaman tanaman pangan seperti cabai, sayur, dan tanaman produktif lainnya, bisa menjadi langkah nyata dalam menghadapi tantangan krisis pangan.
Ia menilai, program pertanian masuk sekolah sebetulnya bukan hal baru. Program ini pernah berjalan dalam bentuk Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) atau P2L (Pekarangan Pangan Lestari), namun kini mulai redup.
“Kalau ini bisa dikembangkan kembali oleh Kementerian Pangan melalui dunia pendidikan, KRPL itu bisa dimulai lagi di sekolah atau di pesantren,” ucapnya.
Sementara itu Kepala SMKPP Negeri Mataram, Sugiarta, S.Pi., M.Pd., M.Si. menjelaskan bahwa kemitraan ini sangat strategis untuk mendukung transformasi teknologi pertanian di lingkungan sekolah.
"Biotrop ini merupakan lembaga penelitian, pelatihan, dan diseminasi. Harapan kami, berbagai inovasi teknologi pertanian, terutama hasil riset terbaru, bisa sampai ke sekolah kami dan diterapkan dalam proses pembelajaran," jelasnya.
Pelatihan urban farming ini terdiri dari lima paket teknologi, yaitu: Budidaya tanaman buah dan sayur dalam pot/polybag, Budidaya jamur, Teknik pertanian aeroponik, Teknik pertanian hidroponik, Budidaya ikan air tawar dan lele.
“Kegiatan ini bertujuan menjadikan pertanian sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah. Diharapkan guru-guru yang dilatih dapat menularkan ilmunya ke siswa dan menciptakan teaching factory yang mengintegrasikan praktik langsung,” lanjut Sugiarta.
Selain pelatihan, Biotrop juga akan memberikan dukungan berupa bahan ajar dan fasilitas bagi sekolah. SMKPP bahkan membuka peluang magang bagi siswa dan guru ke Biotrop Bogor, sebagai bentuk penguatan kompetensi di bidang bioteknologi tropis.
Download article